Posted on

Solar Panel Memberi Seberkas Cahaya

This image has an empty alt attribute; its file name is Solar-Panel-Memberi-Seberkas-Cahaya.png

Negara kita sebenarnya kaya akan sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan, sumber daya alam tersebut tanpa kita sadari bisa ditemukan di sekitar kita. Salah satunya bisa kita lihat dengan berlimpahnya cahaya matahari sebagai sumber energi yang bersih, murah dan terbarukan. Namun untuk sumber energi seperti ini masih belum dimanfaatkan secara optimal. Untuk orang awam, kesan yang tercipta dari sumber energi ini adalah membutuhkan alat yang mahal, tidak efisien, masih dijangkau oleh kalangan terbatas serta rumit dalam penggunaannya. Apakah benar seperti itu? Kita bisa ambil contoh dari sebuah kisah berikut ini. Ada sebuah desa yang terletak di sebuah pedalaman di Indonesia, sebut saja Desa G. Dari pusat kota sendiri, perjalanan menuju Desa G ini memakan waktu sekitar 4 jam dan jarak dari Desa G ke desa lainnya bisa dibilang agak jauh. Pada awalnya, Desa G ini tidak pernah mendapat pasokan listrik sama sekali, untuk sumber penerangan masih mengandalkan lampu dari minyak tanah serta untuk bekerja para warganya pun masih memakai alat-alat seadanya dan berbahan bakar bensin.

Tetapi apabila malam tiba, Desa G ini pun menjadi terkadang gelap gulita karena jatah listrik yang diberikan harus dibagi ke beberapa desa lain di sekitarnya. Selama ini untuk penerangan pada malam hari mereka menggunakan minyak tanah dan genset berbahan bakar solar dan bensin. Selain terletak di pedalaman, jalan akses menuju desa ini masih berupa tanah yang masih bertabur batu kerikil dan apabila turun hujan, dipastikan lumpur maupun becek menjadi hambatan berat. Dalam satu malam saja, warga Desa G bisa menghabiskan 5 liter solar dan dalam satu bulan untuk mendapatkan cahaya listrik serta beraktivitas di malam hari dengan menggunakan listrik dari genset berbahan bakar solar, para warga harus merogoh kocek antara Rp 200.000 hingga Rp 500.000. Biaya yang cukup mahal bukan? Hal ini terus terjadi setiap malam, mengingat aliran listrik ke desa tersebut hanya dari siang hingga sore hari dan pada malam hari jika bahan bakar untuk genset habis, para warga pun terpaksa beristirahat dalam keadaan yang gelap gulita. Anak-anak di desa itu pun tidak bisa belajar dengan nyaman pada saat malam dan beberapa aktivitas di malam hari pun jika bahan bakar gensetnya habis pun akan terganggu. 

Seorang ibu rumah tangga setempat, bernama Marni mengungkapkan, sulit baginya untuk beraktivitas di malam hari karena keterbatasan bahan bakar untuk menyalakan genset. Marni yang sehari-harinya membuka usaha warung makan itu mengeluhkan biaya yang sangat mahal jika ingin mendapat aliran listrik. Sampai suatu ketika ada seorang pemuda yang bernama Adi yang melakukan penelitian di desa tempat Marni tinggal. Karena seringnya melakukan penelitian di desa tersebut, Adi pun menjadi langganan di warung makan milik Marni. Suatu hari Marni bercerita mengenai tarif listrik yang naik yang membuatnya bekerja ekstra keras untuk berjualan, Adi si pemuda yang menjadi pelanggan Marni tertarik dengan cerita tersebut, Adi sendiri memang sedang melakukan riset mengenai Solar Panel menjadi terinspirasi untuk membantu Marni. Adi dengan dibantu Marni pun berusaha menjelaskan tentang kegunaan Solar Panel ini ke warga setempat. Namun adanya kendala dalam penggunaan Solar Panel yang Adi ceritakan yaitu biaya yang sangat mahal dan lantas warga di desa tersebut pun menolak ide Adi ini. Tapi entah mengapa Marni sangat yakin dengan penggunaan Solar Panel ini, meskipun ia tidak terlalu paham dengan cara penggunaannya namun ia merasa pasti akan besar efeknya di kemudian hari. 

Marni pun meminta penjelasan lebih jelas kepada Adi agar ia dapat meyakinkan warga di desanya. Beberapa hari kemudian, Adi menelpon Marni, ia mendapatkan kabar bahagia terdapat perusahaan yang menjual Solar Panel dengan cara cicilan bertahap. Marni mulai mengeluarkan buku dan kalkulatornya dan menghitung berapa banyak yang dibutuhkan jika para warga setuju ikut patungan membeli Solar Panel ini yang dapat digunakan secara bersama-sama. Pada akhirnya Solar Panel ini pun dapat terbeli dan terpasang di desa tersebut dan semenjak ada Solar Panel tersebut, pengeluaran warga setempat dapat berkurang. Jika dahulu satu bulan mereka mengeluarkan Rp 500.000 hanya untuk beli solar, sekarang hanya Rp 30.000 dan ini sangat menguntungkan. Uangnya bisa dialihkan untuk keperluan lain. Sejak dialirinya listrik tenaga surya, denyut ekonomi di desa tersebut mulai terlihat. Usaha kecil mulai bermunculan dan anak-anak bisa belajar dengan tenang di malam hari. Selain untung secara ekonomi, pemanfaatan energi surya ini tidak bising dan bersih. Jika menggunakan genset akan menimbulkan suara bising, sementara itu kotor, banyak oli dan minyak genset bisa tumpah dan mengotori tanah. Warga setempat juga menyadari bahwa penggunaan energi surya tidak menghasilkan polusi, berbeda dengan penggunaan genset yang menghasilkan polusi asap solar dan bensin, mengotori udara dan termasuk polusi tanah. Marni dan warga Desa G pun dapat terbantu setelah adanya Solar Panel ini dan menurut Marni, memang kesan mahalnya terasa di awal namun selanjutnya warga tak harus mengeluarkan uang banyak, jadi tinggal perawatan peralatan secara berkala. Memang sudah seharusnya Indonesia meninggalkan energi listrik dari sumber fosil yang tidak ramah lingkungan dikarenakan Indonesia memiliki banyak sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk energi listrik.

Apakah anda ingin daerah rumah anda seperti kisah diatas? Jika memang anda mulai peduli tentang dampaknya nanti, mungkin beralih ke sumber Renewable Energy bisa menjadi pilihan. Seperti REEF sebagai aplikasi financing berbasis Blockchain yang hadir untuk memberi solusi bagi terciptanya kelestarian lingkungan dengan Solar Panel yang di produksi oleh perusahaan JSKY sebagai partner. REEF berkomitmen untuk menghasilkan energi bersih dan juga menginspirasi masyarakat untuk segera beralih ke Renewable Energy serta menjaga kelestarian lingkungan. Ingin tahu lebih lanjut? Langsung saja klik www.reef.id untuk informasi selengkapnya.

Posted on

Polusi Mengancam Kita Semua

This image has an empty alt attribute; its file name is Polusi-Mengancam-Kita-Semua.png

 

Akhir-akhir ini isu mengenai masalah polusi udara sedang ramai diperbincangkan. Tingkat polusi di kota-kota besar pun semakin mengkhawatirkan dan masuk ke dalam kategori tidak sehat. Udara pada dasarnya merupakan faktor yang paling penting dalam hidup dan kehidupan. Namun, seiring dengan perkembangan zaman serta pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, lalu disusul dengan berkembangnya sektor transportasi maka kualitas udara pun mengalami perubahan yang disebabkan oleh terjadinya pencemaran udara. Kita sendiri pun sebagai makhluk hidup yang sangat bergantung pada udara ikut merasakan akibat dari pencemaran atau polusi udara ini. Banyak efek buruk yang dihasilkan dari pencemaran udara ini dan jika tidak ditanggulangi maka akan mengancam kelestarian lingkungan serta kelangsungan makhluk hidup di sekitarnya. 

Dari segi kesehatan salah satunya, pencemaran udara dapat berakibat pada terganggunya kesehatan dan pertumbuhan anak-anak. Misalnya timbulnya penyakit anemia, memang di masa pertumbuhan sel-sel darah merah terus diproduksi. Namun, karena masuknya timbal akibat emisi gas karbon akan merusak sel darah merah dan jumlahnya makin lama makin berkurang. Pada akhirnya anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan bisa menderita anemia. Timbal yang masuk ke dalam tubuh juga akan merusak sel-sel darah merah yang mestinya dikirim ke otak. Akibatnya bisa terjadi gangguan pada otak dan hal yang paling dikhawatirkan, anak-anak bisa mengalami gangguan dalam kemampuan berpikir, daya tangkapnya menjadi lambat dan tingkat IQ nya menjadi rendah. Sedangkan dalam hal pertumbuhan fisik, keberadaan timbal ini akan berdampak pada beberapa gangguan seperti keterlambatan pertumbuhan dan gangguan pendengaran pada frekuensi-frekuensi tertentu. Kalian tidak mau kan ini terjadi kepada anak-anak kita di generasi mendatang? Jangan kira hal ini hanya berdampak kepada anak-anak saja, orang dewasa pun juga bisa terkena dampak buruk dari polusi ini. Timbal yang dihasilkan dapat mempengaruhi sistem reproduksi atau kesuburan. Zat ini juga dapat mengurangi jumlah dan fungsi sperma sehingga bisa menyebabkan seseorang mengalami kemandulan. Timbal juga mengganggu fungsi jantung, ginjal dan bisa menyebabkan seseorang terkena penyakit stroke serta kanker. Untuk ibu hamil pun akan menghadapi resiko yang sangat tinggi jika kadar timbal dalam darahnya mencapai di atas batas normal. Timbal ini akan menuju ke janin dan menghambat tumbuh kembang otak janin tersebut. Resiko lain yang bisa terjadi dan paling menakutkan adalah ibu tersebut bisa mengalami keguguran. 

Yang perlu kalian ketahui, zat timbal layaknya musuh dalam selimut. Pada awalnya kadar timbal yang tinggi dalam darah tidak akan menunjukkan gejala penyakit namun baru akan nampak dalam jangka panjang. Sudah banyak studi yang dilakukan tentang polusi udara yang menghasilkan zat timbal ini dan hasilnya setelah dilakukan tes sampel darah sebanyak 400 yang diambil dari anak-anak usia sekolah di Jakarta, hasilnya sekitar 35% sampel memiliki kadar timbal di atas normal yang berada di dalam darah mereka. Angka ini melebihi ambang batas kadar timbal pada tubuh anak-anak yang ditetapkan CDC (Center for Deseases Control and Prevention) yang hanya 10 mikrogram per desiliter. Dampak lain pada pencemaran udara pada berdampak juga pada lingkungan sekitar kita, polusi dapat menghambat fotosistesis pada tumbuhan sehingga mengakibatkan tumbuhan tidak bisa menghasilkan oksigen. Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi juga dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit. Polusi udara ini juga dapat menyebabkan hujan asam. pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya zat CO2 di atmosfer. Zat-zat yang dihasilkan dari pencemaran udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan dan membentuk asam serta menurunkan pH air hujan. Hujan asam ini memberikan efek-efek buruk dalam kehidupan antara lain mempengaruhi kualitas air di permukaan, bisa merusak tanaman dan bisa melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga dapat mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan. Hujan asam ini juga bersifat korosif sehingga bisa merusak material dan bangunan. Akibatnya daya tahan dari sebuah bangunan menjadi tidak tahan lama.

Untuk menanggulangi terjadinya pencemaran udara, kita sendiri dapat melakukannya melalui beberapa usaha antara lain mengganti bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang tidak menghasilkan gas karbon monoksida, mengolah atau mendaur ulang limbah asap industri, melakukan penghijauan dan reboisasi atau pohon-pohon pengganti dan kita juga bisa mulai dari hal-hal sederhana seperti menghemat pemakaian listrik, karena seperti yang kita ketahui bahwa energi listrik yang kita pakai sekarang masih berasal dari pembakaran energi fosil yang dapat mengakibatkan emisi gas karbon. Selain menghemat listrik, kita juga dapat beralih ke sumber Renewable Energy, banyak sumber-sumber energi dari alam yang dapat kita manfaatkan untuk dapat menghasilkan listrik sebagai pengganti energi fosil tersebut. Salah satunya adalah energi surya dengan perantara alat bernama Solar Panel.

Solar Panel sendiri sebagai salah satu alat untuk menghasilkan Renewable Energy bisa jadi pilihan, mengingat sumber energi yang diterima oleh alat tersebut tak akan habis. Terlebih lagi untuk kita yang tinggal di Indonesia, negara kita berada di garis khatulistiwa sehingga sepanjang tahun akan terus disinari oleh matahari sehingga Solar Panel sangat potensial untuk menjadi sumber energi baru yang dipasang di rumah maupun gedung-gedung perkantoran anda. REEF sebagai aplikasi financing berbasis Blockchain dan bekerjasama dengan perusahaan JSKY sebagai produsen Solar Panel hadir sebagai solusi untuk mempermudah masyarakat yang tak ingin terus menjadi korban emisi karbon di masa depan. Dengan mengubah gaya hidup dan beralih ke Solar Panel, anda minimal sudah berkontribusi untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat. Ingin tahu lebih banyak tentang REEF langsung saja klik https://www.reef.id untuk informasi selengkapnya. 

Posted on

Perubahan Iklim Ikut Merubah Hidupku

This image has an empty alt attribute; its file name is Perubahan-iklim-ikut-merubah-hidupku.png

Ketika ku bangun dari tidur ku yang lelap, aku langsung membuka jendela dengan niat untuk menikmati udara pagi ini. Tetapi bukan indahnya pagi yang ku lihat, namun yang ku lihat hanya kabut yang menyelimuti gedung-gedung di sekitar rumah ku itu dan matahari pagi yang memancarkan cahayanya yang berkilau dan menerpa jendela kamar ku nampak kurang terang sinarnya akibat tertutup kabut yang menyelimutinya. Aku pun langsung pergi ke halaman lalu duduk dibawah pohon cemara yang sudah tua. Di sekelilingku tampak bunga-bunga kecil yang tumbuh asri dan ditemani oleh beraneka dedaunan kering yang terbaring dengan lekukan tak beraturan. Aku mulai menyapu daun-daun tersebut agar halaman ku terlihat bersih dari sampah daun tersebut.

Setelah aktivitas menyapu itu, lalu mataku melihat lebih jauh ke sekeliling wilayah rumah ku, banyak perubahan yang terjadi setelah 3 tahun aku tinggal di daerah ini. Yang kulihat sekarang, tempat-tempat di sekitar ku sudah sangat jauh berbeda. Tadinya sekeliling rumah ku dan tetangga ku masih banyak lahan-lahan yang ditumbuhi pepohonan yang rimbun pada saat awal aku pindah kesini, namun sekarang semuanya berganti dengan beberapa gedung perkantoran dan membuat daerah rumah ku menjadi pemukiman padat. Karena banyak gedung-gedung yang dibangun di sekitar rumah ku, hiruk pikuk kendaraan pun ikut jadi ikut bertambah dan kendaran-kendaraan yang tiada hentinya melaju di jalan pun meninggalkan kepulan-kepulan asap yang dimana menghasilkan gas karbondioksida dan membuat polusi udara. Belum lagi ditambah bisingnya suara-suara dari knalpot kendaraan bermotor yang membuat telinga ku sakit. Aku pun melihat sekeliling, ternyata daerah rumah tempat ku kini berada hanyalah sebuah komplek diantara gedung-gedung pencakar langit. Aku pun mencoba menghela nafas panjang, wangi bunga-bunga di halaman rumah ku yang tadinya enak dirasakan oleh hidung kini berganti dengan aroma yang tidak enak dan sungguh menyesakkan dada. Aku lalu mencoba pergi dari rumah ku dan berjalan langkah demi langkah menyusuri trotoar dan berharap dapat menghirup udara pagi yang segar, tetapi semakin jauh aku berjalan, malah semakin tidak enak rasanya dan membuat sesak dada ku.

“Akh… Polusi.” Aku bergumam dengan kesal.

Tepat di tepi trotoar aku berdiri, ku lihat banyak kendaraan yang berlalu lalang dan silih berganti sehingga membuat kemacetan di daerah tersebut. Aku mencoba bergegas dari tempat itu, tetapi beberapa meter aku berjalan, ku lihat lagi kendaraan dan masih saja terjadi kemacetan. Kenapa kemacetan selalu jadi permasalahan? Apakah tidak ada penanganannya? Mungkin itu hanya pertanyaan standar. Semakin padatnya gedung-gedung perkantoran di daerah ku, eksploitasi lahan untuk pembangunan gedung-gedung semakin gencar dilakukan pihak-pihak industri. Lalu dengan banyaknya gedung-gedung perkantoran, semakin banyaknya juga orang yang berlalu lalang ke tempat itu dan banyak juga yang menggunakan kendaraan bermotor. Solusi akhir dari kemacetan ini adalah menumpuknya kendaraan dan akibatnya menimbulkan polusi udara.

Aku pun mulai berpikir keras. Mungkin industri-industri seperti ini memang tidak mengganti dengan hal yang lebih baik, tapi mereka menggantinya dengan pagar-pagar beton. Mereka pun tidak menyadari bahwa tumbuh-tumbuhan dan bumi kita sedang menangis, meratapi polusi-polusi yang datang untuk membunuh mereka. Hal-hal seperti bencana alam yang datang adalah bukti kemurkaan mereka, dan tentunya akan merugikan kita juga. Ingatkah beberapa tahun silam, ketika kampanye perubahan iklim sedang digembar-gemborkan? Kita baru bertindak ketika pemborosan energi telah terjadi, sebelumnya kita seakan acuh pada lingkungan kita sendiri dan akibat pemborosan energi serta asap dari kendaraan bermotor tersebut sekaligus memberikan efek rumah kaca pada langit akibat gas pembuangan yang mengapung di atmosfir serta memberikan efek buruk terhadap sejuta umat manusia di dunia. 

Pentingnya menjaga lingkungan harus diterapkan sejak dini dan kita semua harus paham betul tentang dampak yang akan terjadi jika kita tidak menjaga lingkungan dengan benar. Janganlah menjadi manusia yang egois, alam ini bukan hanya milik generasi kita, masih ada generasi-generasi selanjutnya yang ingin merasakan kesejukan pepohonan serta keasrian lingkungan. Janganlah ditebang sembarangan, masih akan ada generasi yang ingin merasakan udara pagi yang sejuk dan teduh serta jangan pula mencemari udara dengan asap kendaraan. Saat ini pun banyak Renewable Energy yang bisa menjadi pilihan terbaik dalam menghadapi situasi seperti ini. Banyak yang kita bisa manfaatkan dari alam sekitar kita sebagai sumber energi mulai dari matahari, angin, panas bumi dan bahkan air. Tanpa kita sadari, matahari memberikan banyak manfaat dalam kehidupan dan salah satunya bisa sebagai sumber energi yang ramah lingkungan dan tanpa menghasilkan emisi gas karbon yang dapat mencemari udara. Sinar matahari yang kita dapatkan dapat diolah menjadi energi dengan perantara alat seperti Solar Panel.

Solar Panel sendiri sebagai salah satu alat untuk menghasilkan Renewable Energy bisa jadi pilihan, mengingat sumber energi yang diterima oleh alat tersebut tak akan habis. Terlebih lagi untuk kita yang tinggal di Indonesia, negara kita berada di garis khatulistiwa sehingga sepanjang tahun akan terus disinari oleh matahari sehingga Solar Panel sangat potensial untuk menjadi sumber energi baru yang dipasang di rumah maupun gedung-gedung perkantoran anda. REEF sebagai aplikasi financing berbasis Blockchain hadir sebagai solusi untuk mempermudah masyarakat yang tak ingin terus menjadi korban emisi karbon di masa depan. Bekerjasama dengan perusahaan JSKY sebagai produsen Solar Panel, REEF mengajak kita untuk mengubah gaya hidup dan beralih ke Solar Panel. Jika bisa dilakukan, anda minimal sudah berkontribusi untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat. Ingin tahu lebih banyak tentang REEF langsung saja klik https://www.reef.id untuk informasi selengkapnya.

Posted on

Buang Cara Lama, Raih Kesuksesan Dalam Berbisnis

Haykal merupakan seorang pemuda yang awal nya lahir dan tinggal di desa, memiliki orang tua yang bekerja sebagai petani membuat ia awal nya pasrah dengan kehidupan nya dan memilih untuk menjadi seorang petani juga seperti kedua orang tua dan sanak saudara nya. Ketika akhir masa SMA ia berencana untuk tidak melanjutkan kuliah dan hanya akan bertani saja, tetapi takdir berkata lain, sahabat ia yang bernama Iko tiba – tiba membujuk Haykal untuk ikut dia melanjutkan kuliah di ibu kota Jakarta dengan cara mendapatkan Beasiswa agar tidak membebani keuangan orang tua nya. Berhari –  hari Haykal berfikir apakah akan melanjutkan kuliah ke ibu kota Jakarta atau tidak, tapi pada akhirnya Haykal memberanikan diri nya bertekad untuk bisa berkuliah dan melanjutkan pendidikan di ibu kota Jakarta agar masa depan nya lebih baik dan cerah.

Beberapa hari sebelum ia pergi ke Ibu Kota, Haykal mencoba untuk meminta ijin dan restu dari kedua orang tua nya agar diijinkan untuk bisa melanjutkan kuliah, air mata menetes dari wajah ibu yang paling ia sayangi. Air mata tersebut menetes bukan karena ibu nya sedih karena akan di tinggal oleh anak tercinta nya, tetapi ibu nya merasa bahagia karena anak tercinta nya itu akan meniti masa depan yang lebih baik dari orang tuanya tersebut yang hanya bekerja sebagai petani. Setelah Haykal meminta izin kepada ibu dan ayah nya, pada akhirnya ibu dan ayah nya menyetujui keinginan anak nya tersebut dan memberikan ijin, doa, serta restu nya, berharap anak nya kelak bisa sukses belajar dan menjadi anak yang membanggakan.

Haykal ditemani oleh ibu tercinta nya untuk mempersiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan guna pendaftaran perguruan tinggi di ibu kota. Ada beberapa dokumen yang tidak ia miliki, dan mengharuskan nya untuk segera membuat dokumen tersebut ke kantor kelurahan yang berada di tengah desa, siang hari yang terik itu tidak mengurungkan niat Haykal untuk bisa mendapatkan beberapa dokumen yang sangat ia butuhkan. Tak kenal lelah pada akhirnya ia mendapatkan dokumen tersebut.

Lima hari telah berlalu, tibalah saat nya ia dan sahabat tercinta nya yang bernama Iko itu pergi meninggalkan desa dan berangkat menuju ibu kota. Dengan haru bahagia dan beberapa tetes air mata, orang tua Haykal merelakan anak nya itu untuk menempuh pendidikan di Jakarta.

Keseharian haykal setelah diterima dan mulai berkuliah diperguruan tinggi tersebut sangat lancar dan tanpa hambatan yang dapat membuat ia putus asa. Empat tahun pun berlalu, ia akhirnya bisa menyelesaikan gelar sarjana ia dengan status Cumlaude dan bisa mendapatkan nilai yang lumayan tinggi dan bisa menjadi salah satu mahasiswa yang berprestasi di bidang nya.

Setelah ia lulus kuliah, ia ditawarkan oleh teman kuliahnya untuk bisa bergabung dalam membuat sebuah perusahaan startups di Jakarta, tanpa berfikir panjang, Haykal dengan senang hati menerima permintaan teman nya tersebut dan mulai untuk membangun bisnis. Awalnya mereka membangun sebuah bisnis dengan kecil-kecilan dan dengan modal yang sangat terbatas, seiring berjalannya waktu, hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun pun berlalu, bisnis yang ia bangun bersama temannya itu makin lama makin menunjukkan kesuksesan, bisnisnya mulai merambah sukses dan banyak menjalin relasi dengan beberapa client penting dalam mendapatkan modal yang lumayan besar.

Haykal menjabat sebagai general manager di perusahaan tersebut, dan berperan sebagai orang yang mengontrol dan melakukan pembuatan kontrak kerja sama serta beberapa surat – surat penting untuk diberikan kepada setiap relasi nya. Ketika suatu hari, terjadilah banjir bandang yang mengakibatkan tempat perusahaannya itu terendam banjir, banyak dokumen – dokumen penting yang pada akhir nya basah, rusak dan hilang terbawa arus air. Betapa bingung, sedih, dan pusing kepalanya memikirkan itu semua, tapi apa daya karena itu merupakan sebuah bencana alam yang tidak bisa dicegah dan diprediksikan.

Suatu ketika temannya datang untuk menjenguk kantor nya yang terendam banjir tersebut, dan tiba – tiba teman nya itu menyarankan haykal untuk beralih dari cara lama yang kurang efisien seperti itu dengan cara yang lebih modern dan digital, jadi ia tidak perlu khawatir lagi ketika terjadi bencana alam serupa, temannya itu menyarankan Haykal untuk mencoba menggunakan jasa dari sebuah perusahaan yang bagus yaitu LedgerNow, dimana perusahaan tersebut menyediakan jasa untuk pembuatan surat-surat kontrak serta tanda tangan digital, yang memudahkan para pelaku bisnis dalam membuat surat perjanjian penting bersama relasi bisnis. Selain itu, data-data yang terdapat dalam surat perjanjian dan rahasia yang terkandung di dalam nya akan dijamin keamanan nya dan tidak akan bocor serta terhack oleh orang lain, akhirnya Haykal tergugah dan mencoba bekerja sama dengan platform Ledgernow.com dalam melancarkan usaha bisnisnya dalam hal pembuatan surat–surat serta tanda tangan secara digital.

Betapa senangnya Haykal bisa mengetahui info yang sangat bermanfaat tersebut, dan bisa bekerja sama dengan Ledgernow, akhir nya hingga saat ini Haykal dan perusahaan startup nya tersebut terus menggunakan Ledgernow.com guna membuat perusahaannya lebih efisien, lebih maju dan sukses.

Sebagai aplikasi berbasis blockchain, LedgerNow memiliki sistem transparansi data dan realtime data yang tinggi, blockchain dengan sistem desentralisasi juga tidak mudah untuk diubah data-datanya. Jika anda dan perusahaan anda ingin meninggalkan cara lama dalam menggunakan surat-surat kontrak menggunakan kertas dan beralih ke digital era menggunakan sistem blockchain LedgerNow memberikan kualitas terbaik untuk keamanan surat digital anda. Untuk informasi selengkapnyamengenai Ledgernow Klik link berikut ini https://www.ledgernow.com/ .

Posted on

Masa tua tak lagi sama

Pak iman begitu dihargai di lingkungannya. Ia merupakan nelayan senior yang sudah berlayar kemana-mana. Sudah ada 10 desa pesisir yang sudah disinggahi untuk hidup berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Ia menghabiskan waktunya sebagai nelayan dan mencari ikan. Ia berpindah-pindah untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Namun nyatanya ia sudah berkelana kemanapun tetap saja nasibnya tidak kunjung mendapatkan perubahan. Tetap pas-pasan dan tetap terus melalui hal-hal yang sama. Dulu pak iman pernah mendapatkan bos yang enak dalam memberikan bantuan dan tidak semena-mena. Namun bos nya harus pindah pulang ke kampung halamannya dan usaha pengepul ikan miliknya di pegang oleh saudaranya yang mempunyai perlakuan berbeda dari pak bos ia sebelumnya. 

Sini usia pak iman sudah semakin tua, anak-anaknya sudah besar-besar dan memiliki keluarga baru. Pekerjaan anak-anaknya pun sama berprofesi sebagai nelayan juga. Ada yang pindah ke daerah lain dan ada pula yang masih tinggal satu atap dengannya. Berprofesi sebagai nelayan adalah pilihan pak iman untuk bertahan hidup bersama istrinya. Begitu pula anak-anak yang masih hidup pas-pasan. Tidak ada pilihan lain untuk ia harus berhenti melaut meskipun usianya sudah sangat tua. Pak iman sudah menginjak umur 68 tahun saat ini. Namun ia terlihat masih  begitu kuat secara fisik karena sudah biasa bekerja keras saat melaut bahkan ia sudah terbiasa menerjang hujan dan badai di lautan. Namun sesungguhnya jiwanya sudah renta. Pak iman sudah sering batuk-batuk dan merasakan sakit kepala karena darah tinggi yang dideritanya. Tapi setiap hari pak iman berusaha menahan itu semua dengan menganggap ini cuman sakit biasa, dan tetap pergi melaut. 

Terlihat pucat pasih dan letih di wajahnya, demi menyambung hidup ia harus terus bekerja untuk anak cucu nya supaya bisa aman dan dapat tercukupi segala kebutuhannya di tengah-tengah harga barang yang semakin lama semakin naik ini. Belum lagi biaya sekolah juga semakin mahal. Istri pak iman pun juga sudah sama, ia biasanya dulu buat pengolahan ikan untuk jadi makanan lauk pauk untuk acara nikahan ataupun selamatan lainnya. Hanya saja semenjak sudah renta istri pak iman sudah tidak kuat lagi duduk lama-lama dan terkena asap kayu bakar untuk memasak lama-lama, jadi banyak orderan yang sering ditolak olehnya. Rendahnya tingkat kesejahteraan nelayan membuat nelayan harus terus bekerja tanpa stop untuk menghidupi dirinya dan keluarga. Begitulah kondisi yang menimpa nelayan yang sudah lanjut usia seperti pak iman. Tidak ada kata pensiun sebagai nelayan. 

Masalah ini menjadikan masalah yang tidak ada solusinya jika kesejahteraan nelayan tidak ditingkatkan. Dengan ini aplikasi nelayan dari Ledgernow hadir untuk meningkatkan perekonomian nelayan agar nelayan dapat tumbuh menjadi nelayan yang mandiri dengan pendapatan yang lebih optimal. Untuk tau lebih lengkap mengenai Ledgernow silahkan kunjungi link berikut https://www.ledgernow.com/. Untuk mempersiapkan para nelayan dapat produktif di masa tuanya pureheart akan membantu memberikan keahlian berupa pelatihan kepada keluarga nelayan agar dapat produktif membuat olahan makanan dari ikan. Dan juga mengajarkan nelayan untuk bisa scale up bisnis menjadi pengepul, dsb. Untuk tau lebih detail mengenai pureheart silahkan kunjungi link berikut. https://pureheart.ledgernow.com/

Posted on

Memancing sampah di lautan

Pak Jajang adalah seorang nelayan yang hidup di salah satu kampung pesisir di pulau Sulawesi. Ia mengadu nasib sebagai seorang nelayan untuk menghidupi anak-istrinya. Ia tinggal di kampung pesisir yang mayoritas masyarakatnya memang bekerja sebagai nelayan. Pak jajang merupakan nelayan pancing yang mencari ikan kerapu di laut yang berterumbu karang. Pak jajang memilih untuk memancing ikan kerapu karena nilai jual nya cukup tinggi. Ikan kerapu bisa dihargai hingga 130.000-150.000/kg nya. Itupun tergantung jenis-jenisnya lagi. Ada beberapa jenis kerapu yang bisa di bandrol dengan harga yang lebih tinggi. Desa ini memang terkenal memiliki banyak sekali jenis ikan kerapu yang hidup di dalamnya. Sehingga itulah yang membuat pak jajang bertahan dan sudah nyaman menjadi nelayan pancing kerapu, 3-5 ekor ikan yang ia dapat sudah sebanding dengan harga banyak ikan yang ia dapat menggunakan bubu. 

Setiap harinya pak Jajang pergi melaut selama 2 hari dan beristirahat di rumah selama 1 hari. Begitulah seterusnya kehidupan pak jajang sebagai seorang nelayan. Hari itu pak jajang pergi melaut seperti biasa dengan membawa pancingan, senter, umpan, dan persediaan makanan untuk dua hari selama ia di laut. Saat sampai di tengah laut ia mulai mengulurkan mata pancingnya dan umpan yang sudah ia persiapkan. Sembari ia menunggu umpannya dimakan oleh ikan ia mulai memutarkan radio. Langit sudah mulai redup dan matahari terlihat sudah mulai terbenam dan meninggalkan secercah cahaya yang semakin lama semakin hilang. Baru satu ikan yang berhasil ditangkap pak jajang. “ikan-ikan masih pada tidur siang kali yah” pikirnya dalam hati. Tidak lama ia menaikkan  mata pancingnya dan kagetnya ia bahwa ada kantong plastik yang menyangkut mata pancingnya. “wajar saja umpannya tidak kemakan, ternyata ada plastik ini yang menutupi” gerutu pak Jajang. Ia pun melepaskan plastik itu dari mata pancingnya. 

Beberapa bulan belakang pak Jajang memang sudah sering mendapatkan plastik yang menempel di mata pancingnya. Hal ini sudah membuatnya semakin terganggu karena itu menyebabkan semakin sedikit ikan yang ia bisa dapatkan. Tidak lama kemudian ia merasa pancingnya begitu berat, ia segera mengangkat pancingannya dan betapa kagetnya ia melihat ada sebongkah kaleng, kawat dan plastik-plastik yang nyangkut di mata pancingnya. lagi lagi ia menggerutu mengapa begitu banyak barang-barang tidak berguna ini di laut, yang menyebabkan ia kesulitan memancing dan mendapatkan ikan. Saat ia lepaskan kaleng itu tidak sengaja ia melihat kalengnya, tertulis ‘Pantai Manado’, tiba-tiba ia teringat dengan ikan kaleng yang dibawa saudaranya dari manado saat mampir ke rumahnya satu tahun yang lalu. Kalengnya terlihat sama persis dan ia berfikir apakah itu kaleng yang ia buang satu tahun lalu.

Saat pulang ke rumah pak Jajang membawa 2 ikan hasil pancingannya. Istrinya pun menanyakan kemana ikan yang lainnya, tiba-tiba pak Jajang menunjukkan tumpukan kaleng dan plastik-plastik yang ada di kapalnya sembari mengatakan “ikannya sudah berganti dengan sampah-sampah itu”. Dengan heran istri pak Jajang melihat sampah-sampah itu dan membuangnya ke tempat sampah. Sampah-sampah memang sedang berbagi ruang dengan makhluk di lautan. Bahkan tidak disangka kita bisa berjumpa lagi dengan sampah yang sudah kita buang bertahun-tahun yang lalu di lautan. Alhasil hal ini menyebabkan rusaknya ekosistem bawah laut. Terumbu karang yang menjadi habitat ikan-ikan terumbu menjadi rusak dan ikan mulai berpindah dan mencari tempat baru. Namun kemana mereka akan mendapatkan habitat yang baru jika seluruh lautan di Indonesia menunjukkan kondisi yang sama. 

Aplikasi nelayan dari Ledgernow akan turut membantu nelayan untuk dapat merubah pola pikir dan kebiasaan mereka agar dapat menjaga kekayaan laut mereka dengan menjaga kebersihan dan lingkungan. Sehingga ekosistem laut tidak terganggu dengan sampah-sampah yang mereka buang sembarangan. Selain itu nelayan juga akan disediakan kapal yang lebih besar sehingga nelayan dapat menangkap ikan yang lebih banyak. Untuk tau lebih lanjut mengenai Ledgernow bisa kunjungi link berikut https://www.ledgernow.com/

Posted on

Nelayan Sebagai Penggerak Ekonomi Lautan

Profesi nelayan merupakan salah satu mata pencaharian yang paling banyak digeluti di Indonesia, seperti yang kita semua ketahui bahwa negara kita Indonesia sebagian besar terdiri dari pulau-pulau serta lautan yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke. Banyak nelayan yang menggantungkan kehidupannya di lautan dan mereka semua bekerja dengan giat untuk menangkap ikan serta hasil laut lainnya yang kemudian mereka bisa langsung menjualnya untuk mendapatkan uang demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, karena sekarang ini masih banyak nelayan yang terbelakang dalam hal edukasi pemasaran ikan, membuat para nelayan ini hanya bisa menjual ikan hasil tangkapannya ke para tengkulak dan tentunya dengan harga yang murah juga karena biasanya sebagai timbal balik untuk tengkulak tersebut yang telah memberikan mereka modal untuk melaut. Tentunya hal ini sangat menyulitkan mereka, maka tak heran masih banyak nelayan yang hidupnya kurang sejahtera walau sejatinya mereka adalah penggerak perekonomian di sektor lautan.

Namaku Rudi dan saat ini aku sedang berkuliah di salah satu universitas terkenal di Sulawesi. Karena sedang bertepatan dengan liburan kuliah maka aku pulang ke tempat tinggalku di salah satu desa di Sulawesi, desaku ini berdekatan dengan desa-desa yang berada di pesisir pantai walaupun harus menempuh jarak beberapa kilo untuk sampai kesana.

Ketika aku sedang menonton televisi aku melihat berita tentang kurangnya kesejahteraan di desa nelayan. Karena sangat heran, aku pun bertanya kepada ibuku mengapa hal itu bisa terjadi.

“Ibu, kenapa ya desa-desa nelayan itu bisa kurang sejahtera?” Tanyaku kepada ibu.

“Yaa sepengetahuan ibu mayoritas sistem penjualan disana masih mempergunakan tengkulak sebagai penadah ikan-ikan mereka sebelum dijual di pasar dan hal itu lah yang membuat mereka kurang sejahtera.”

“Hah, tengkulak maksudnya gimana?” Tanyaku keheranan.

“Sini Ibu jelaskan. Karena para tengkulak ini mempunyai modal kapal serta persediaan melaut maka mereka memberi modal kepada para nelayan itu agar nelayan-nelayan ini bisa melaut dan sebagai timbal baliknya setiap hasil tangkapan dari nelayan ini akan dikumpulkan oleh mereka dan kemudian mereka membayar hasil tangkapan tersebut dengan harga yang murah.”

“Wah jahat banget ya bu, apa tidak ada tindak lanjutnya?”

“Kamu tahu sendiri kan masyarakat nelayan rata-rata tidak teredukasi dengan baik, bahkan dari kecil ada yang langsung jadi nelayan untuk membantu orang tuanya. Makanya pendidikan bagi mereka hanyalah nomer sekian.” Jelas ibuku.

Aku pun hanya bisa mengerutkan dahi melihat pemandangan seperti itu, aku pun bertekad untuk membantu mereka demi mencapai kesejahteraan dan kali ini kuajak beberapa temanku untuk membantuku merealisasikan hal ini. Aku bersama Yusuf dan Henri mulai memikirkan cara untuk membantu para nelayan ini, kami pun mencari informasi-informasi di internet apakah ada sesuatu yang bisa mempermudah mereka serta membuat mereka sejahtera. Sampai kemudian Henri menemukan informasi tentang aplikasi nelayan dari Ledgernow yang dimana dapat mempermudah nelayan dalam kinerjanya. Kami bertiga pun langsung berencana mengedukasikannya kepada masyarakat nelayan di desa dekat desa kami beberapa hari kemudian. Ternyata aplikasi yang menggunakan teknologi Blockchain ini bisa membuat segala data menjadi terintegrasi dalam satu sistem dan akan membuat kinerja para nelayan menjadi lebih mudah. Beberapa hari kemudian pun kami bertiga sepakat pergi ke desa nelayan untuk mengedukasi mereka tentang aplikasi ini, tanpa disangka para nelayan ini sangat tertarik dengan penggunaan aplikasi ini. Melalui aplikasi ini, mereka akan difasilitasi Collecting Ship di setiap pelabuhan untuk menjemput hasil tangkapannya, sehingga tidak perlu capek-capek untuk pulang pergi untuk menyetor hasil tangkapan. Mereka pun bisa menjual ikannya disana secara langsung dan tidak harus melalui para tengkulak lagi. Informasi selengkapnya https://ledgernow.com/

Seiring berjalannya waktu para nelayan ini akhirnya bisa menerapkan aplikasi ini dalam pekerjaan mereka, tentunya dengan kemudahan seperti melihat laporan laut serta titik-titik lokasi yang ikan, lalu pengaturan perencanaan dalam melaut serta mengurus perizinan kapal pun bisa dimudahkan dengan adanya aplikasi ini. Para nelayan ini bisa lebih produktif dan bisa meraup keuntungan lebih banyak lagi karena sudah bebas dari cengkraman tengkulak, kami pun senang melihat hal itu dan dengan begini status mereka sebagai penggerak ekonomi di lautan bukan hanya wacana saja.

Posted on

Pengepul “Sekarang kita bersinergi tidak lagi bersaing”

Pak Sudrajat seorang pengepul ikan cakalang. Ia mempunyai anggota nelayan 15 orang, para nelayan tersebut diberikan pinjaman untuk membeli kapal dan bahan oleh pak Sudrajat, nelayan diberikan kemudahan untuk mencicil dalam membayarnya. Setiap nelayan yang mendapatkan pinjaman itu harus menjadi anggota nelayan yang berhak menyetorkan hasil tangkapannya ke pak Sudrajat. Ada 100 lebih pengepul cakalang di kampung ini karena cakalang memang sumberdaya terbanyak yang berada di desa pesisir ini. Setiap pengepul pasti mempunyai anggota nelayan yang harus menyetorkan ikannya kepada mereka. Hal ini menciptakan banyak gesekan antar pengepul karena mereka saling bersaing untuk mendapatkan loyalitas para nelayan kepada mereka. Pengepul saling memberi iming-iming kepada nelayan agar ia mendapatkan sebanyak-banyaknya anggota nelayan. Dari modal yang besar serta tawaran harga beli yang tinggi menjadi iming-iming agar nelayan mau bergabung dan loyal kepada mereka. 

Pak Sudrajat salah satu yang memiliki anggota sedikit dibandingkan yang lain, karena keterbatasannya dalam permodalan membuat ia tidak bisa mengajak nelayan sebanyak yang lain. Tapi pak Sudrajat terus mengutamakan kenyamanan nelayan-nelayannya. Misalnya dengan keterbukaan jika ada keperluan-keperluan mendesak dan pak Sudrajat sering mengundang nelayan-nelayan beserta keluarganya untuk makan/-makan di rumahnya sebagai apresiasi kepada anggota nelayannya yang sudah gigih dan rajin melaut. Kenyamanan yang diciptakan pak Sudrajat kepada nelayannya menjadi pembicaraan antar nelayan cakalang. Banyak nelayan yang jadi ingin ikut bergabung menjadi anggota pak Sudrajat, karena bagi mereka yang tersulit adalah mencari bos yang bisa membuat nyaman bukan bos yang bisa seenaknya mentang-mentang mereka yang punya modal. 

Tiba-tiba saat itu rumah pak Sudrajat sudah ramai dan ada cukup banyak nelayan-nelayan yang bukan dari anggotanya yang menjual ikan kepadanya. Melihat semakin hari semakin banyak saja nelayan-nelayan baru yang menjual ikan kepadanya, tiba-tiba keesokan hari tampak berbeda. Terlihat sangat sepi nelayan yang mampir ke rumahnya. Ternyata terdengar kabar bahwa pak agung pengepul terkaya di desa itu menaikkan harga beli cakalang hingga 50%. Sontak pengepul cakalang lainnya berbondong-bondong ke rumah pak agung dan terjadilah keributan disana. “jangan seenaknya dong, mentang-mentang anda punya banyak uang seenak itu merusak harga” “kami ini pengepul kecil, jangan ganggu harga beli kami” “anda sengaja membuat nelayan kami lari dan menjual ke anda,  dasar orang kaya rakus” terdengar begitu banyak celotehan para pengepul menuntut pak Agung untuk kembali menurunkan harga pasar seperti semula. 

Nelayan memang selalu bersifat oportunis walaupun mereka sudah bergabung menjadi anggota salah satu pengepul, tidak menutup kemungkinan jika ia juga bisa menjual ke pengepul yang lain jika pengepul lain memberikan harga beli yang lebih mahal. Itulah kerasnya kehidupan para pelaku perikanan yang saling sikut menyikut. Bahkan anggota nelayan pak Sudrajat yang sudah dikiranya akan setia pun tetap berpaling jika ada pengepul lain yang memberikan harga lebih mahal. Itu adalah keadaan yang sudah biasa terjadi antar nelayan dan pengepul. Kondisi seperti ini lambat laun akan mengancam ekosistem para pelaku sektor perikanan jika mereka tidak mampu menciptakan kerja sama satu sama lain untuk keuntungan yang lebih besar. Oleh sebab itu aplikasi nelayan dari Ledgernow akan membuat setiap pelaku bisnis perikanan dan nelayan saling berkolaborasi untuk keuntungan yang sebesar-besarnya dan berkeadilan. Para pengepul akan difasilitasi collecting boat untuk menjemput ikan-ikan nelayan di tengah laut yang digunakan secara bersama-sama menjemput ikan dari satu kapal ke kapal lainnya. Untuk tau lebih lengkap mengenai ledgernow silahkan cek link berikut https://www.ledgernow.com/.

Posted on

Overfishing menekan nelayan kecil

Sore itu di pinggir pantai terlihat pak Yahya sedang berada di atas kapal birunya mengarah ke daratan. Satu persatu ikannya ia pindahkan ke ember dan menggotongnya ke rumah pengepul untuk di jual. Tak lama pak Ari dan pak Tanu juga terlihat membawa kapalnya menuju pulang namun tampaknya tidak ada satu ikan pun yang dikeluarkan dari kapalnya. Penampakkan memang terlihat sedikit berbeda. Biasanya para nelayan pulang tidak secepat ini apalagi cuaca pun terlihat cukup bagus untuk pergi melaut yang biasanya nelayan bisa dapat banyak ikan. 

“bbboooommmmmm” Tidak lama terdengar suara ledakan yang cukup membuat kaget. “suara apa ini?” bisikku dalam hati. apa ada kompor meledak di rumah nelayan? Aku pun membuat berbagai dugaan. Aku melihat ke kiri dan ke kanan terlihat tidak ada rumah nelayan yang sedang ramai seperti sedang ada insiden di dalamnya. “bbbboooooooommmm” tidak lama suara itu terdengar lagi. Rasanya suara ini baru sekali aku mendengarnya. Dan tidak ada orang lain di sekitarku yang bisa aku tanyakan. Tiba-tiba aku berpikir apakah ini alarm akan terjadinya tsunami. Tapi jika iya kenapa tidak ada terlihat orang-orang ramai keluar rumah untuk menyelamatkan diri. Sungguh aneh, setiap hipotesaku tidak terdukung oleh keadaan yang seperti tidak terjadi apa-apa. 

Tak lama aku melihat pak Udan mengarah ke daratan dengan kapal kuningnya yang bergambarkan tulisan-tulisan aksara jawa yang aku tidak mengerti apa artinya. Ya, pak Udan memang nelayan yang asli dari jawa dengan logat jawa yang masih begitu jelas terdengar. Melihat aku berdiri di pinggir pantai, Pak udan pun melambai-lambaikan tangannya kepada ku seperti menyapa. Aku pun langsung menunggu pak udan sampai ke pinggir partai. Aku membantu pak udan yang mengangkat ikannya. Saat itu embernya terlihat tidak penuh seperti biasanya. Aku pun bertanya “kenapa pulang sore, tumben banget pak”. “iya ikannya udah gak ada yah ngapain lagi kita mincing” ujar pak udan dengan santainya. “oh iya tadi bapak dengar suara ledakan gitu gak?, aku kira ada kompor warga yang meledak tapi kayak tidak terlihat sedang terjadi apa-apa disini” kataku penasaran. “itu sih suara bom mas, emang gak ada terjadi apa-apa disini, kan yang di bom di tengah laut itu” kata pak udan. “bom apa itu pak” tanyaku agak kaget. “akhir-akhir ini banyak kapal besar yang terlihat di lautan, katanya sih dari perusahaan apa gitu saya tidak ingat, nah kita aneh juga kenapa ikan jadi sepi di musim-musim kayak gini. Ternyata mereka menangkap ikannya menggunakan bom mas, jadi dapat ikannya langsung banyak. Cuman yah itu ikan-ikan kecil juga jadi ikut mati” kata pak udan menjelaskan. 

Pak udan mengatakan kapal-kapal dari perusahaan memang sering berada di kampung ini sejak dulu cuman memang tidak setiap saat. Saat seperti itu nelayan konvensional memang sulit mendapatkan ikan karena ikannya sudah diambil semua dan bisa beberapa bulan kedepan ikan pun gak ada karena ikan-ikan kecil pun ikut mati dan tidak bereproduksi lagi. Berdasarkan informasi dari pak udan, dulu perusahaan-perusahaan ini sempat dimarahi oleh pemerintah disini, tetapi tidak tau kenapa satu per satu masih tetap ada yang beroperasi seperti ini.  Berkembangnya teknologi menjadi cara baru setiap orang dapat beraktifitas dan menjalani bisnisnya menjadi lebih produktif. Khususnya perusahaan-perusahaan besar yang memiliki modal besar. Bukan tidak mungkin apapun bisa mereka lakukan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Tapi apakah benar itu digunakan untuk meningkatkan produktifitas atau malah menjadi exploitasi semata. Dengan ini aplikasi nelayan dari Ledgernow mengajak nelayan untuk dapat meningkatkan produktifitas tanpa mengekploitasi sumber daya laut dengan cara-cara yang tak wajar. Dengan ini mereka akan dapat memerangi perusahaan-perusahaan pengebom itu untuk menangkap ikan sesuai aturan yang sudah diberikan seperti yang mereka lakukan. Untuk tau lebih lengkap mengenai ledgernow silahkan cek link berikut https://www.ledgernow.com/.

Pak Udan merupakan nelayan muda yang begitu dihormati di kampung pesisir ini. Pak udan sudah melaut sejak usianya 10 tahun dan saat ini ia sudah melaut sekitar 35 tahun. Fisik pak udan terlihat masih begitu kuat karena sudah terbiasa bertarung dengan badai dan ombak dilautan yang membuat fisik pak Udan tidak seperti orang yang sudah tua. Saat itu kenyataan membawanya untuk harus beristirahat total di rumah, saat mengantarkan anaknya ke kota menggunakan motor pak Udan terjatuh dari motor dan kakinya mengalami cidera tulang. Sebagai seorang kepala keluarga, kondisi seperti ini sangat menyulitkan karena jika tidak melaut, ia dan keluarga tidak bisa mendapatkan uang, sedangkan anak laki-lakinya masih kecil kecil dan belum bisa pergi melaut. Anak nya yang pertama adalah perempuan yang tidak mungkin pergi melaut. Saat kondisi seperti ini, Pureheart akan membantu untuk memberdayakan wanita-wanita dan ibu rumah tangga untuk bisa mengolah ikan atau hasil laut lainnya untuk dijadikan makanan ringan, atau olahan lainnya yang bisa dijual ke warung atau di distribusikan ke pasar-pasar. Pureheart turut membantu wanita pesisir menjadi mandiri dan mampu menopang ekonomi keluarga. Info selengkapnya  https://pureheart.ledgernow.com/