Posted on

Mengenal Blockchain Itu Mudah

Teknologi Blockchain menjadi sebuah terobosan baru dalam bisnis, bagaimana tidak? Blockchain memberikan sebuah fasilitas penyimpanan dan integrasi data yang dapat dipercaya dan minim manipulasi. Hal ini tentu sangat berguna dan bermanfaat bagi para pelaku industri keuangan agar meningkatkan kredibilitas di mata konsumen, yang menggunakan layanan jasa serta produknya dalam menyimpan uang mereka. Teknologi Blockchain yang masih belum banyak diterapkan dalam industri atau perusahaan-perusahaan besar tidak membuat Mandiri, sebagai salah satu perusahaan besar  perbankan di Indonesia, ragu untuk segera memahami mekanisme dari teknologi Blockchain ini dan diharapkan bisa segera menerapkan teknologi ini dalam seluruh sistemnya. 

Kegiatan training ini diselenggarakan selama dua hari dari hari Jumat, tanggal 22 November 2019 hingga  Sabtu, 23 November 2019. Sebanyak 25 peserta dari Mandiri mengikuti training yang diselenggarakan oleh ICC Indonesia (International Chamber of Commerce) yang bekerjasama dengan LedgerNow untuk membuat sebuah pelatihan pengenalan tentang Teknologi Blockchain yang diisi oleh Bapak Leonardus Gazali. Kegiatan yang diselenggarakan dari pukul 08.00 pagi di Hotel Grand Mercure, Jakarta ini, berhasil menarik antusiasme dari peserta training yang hadir tepat waktu. Bahkan sebelum acara dimulai pun, banyak peserta yang menanyakan seputar Blockchain. Tidak hanya itu, bahkan saat acara berlangsung, sebelum diadakannya sesi pertanyaan, banyak yang sudah mengajukan pertanyaan langsung berkaitan dengan materi yang sedang disampaikan. Suasana training pun menjadi lebih hidup karena pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berkaitan langsung dengan kenyataan sehari-hari.

Banyak definisi dari Blockchain yang memiliki pemahaman sama, namun demi menyederhanakannya dan dapat langsung dimengerti secara langsung oleh peserta, LedgerNow sebagai penyedia materi Blockchain, menggunakan sebuah permainan interaktif, mudah dan tentunya menganut sistem Blockchain yang paling sederhana agar peserta dapat secara langsung paham dan mempraktekannya. Terdapat dua jenis permainan, yaitu “Jungle Of Trust“ dan “Tower Of Hanoi“. Tidak disangka, kedua permainan ini sukses dan menarik antusias peserta sehingga suasana menjadi ramai, menyenangkan dan mudah dimengerti. Walaupun disisipi cara kerja Blockchain, permainan ini berhasil menghidupkan suasana sehingga membuat para pemainnya mengerti cara kerja Blockchain. 

Setelah bermain, kegiatan dilanjutkan dengan sesi presentasi dan pemaparan materi tentang Blockchain di era industri dan era bisnis masa kini. Materi dijelaskan sedemikian rupa dengan memberikan banyak contoh dan studi kasus yang sedang terjadi serta bagaimana jika kasus tersebut diselesaikan dengan Blockchain. Selain membahas Blockchain, pada beberapa kesempatan juga diputarkan video dari Jack Ma, Co-founder dari Alibaba Group untuk memberikan motivasi bagi para peserta. Saat materi ini dipaparkan tidak luput dari interaksi antara pemberi materi dengan peserta, yang tentu disertai beberapa pertanyaan, sehingga membuat pembahasan lebih beragam. 

Tidak sampai disitu, materi kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok disertai beberapa kasus untuk dipecahkan dengan memanfaatkan teknologi Blockchain. Kasus yang diberikan berupa masalah nelayan di Indonesia, namun hal ini hanya salah satu pilihan, karena peserta bebas memilih kasus apapun yang ingin dipecahkan dengan solusi Blockchain. Walaupun sebagian besar mengambil kasus yang sama yaitu Nelayan Indonesia, tetapi solusi yang didapatkan berbeda-beda dengan hasil diskusi masing-masing. Hal ini sangat menarik, karena menunjukan bahwa banyak hal yang dapat dilakukan dengan teknologi Blockchain. Selama proses diskusi per kelompok, mereka secara aktif saling mengajukan pendapatnya dan meminta arahan dari Bapak Leo.

Sebelum diakhiri, selanjutnya setiap kelompok yang sudah berdiskusi, dipersilahkan untuk melakukan presentasi hasil diskusi di hadapan kelompok yang lain dan akan langsung direview juga oleh pemateri. Output dari dari kegiatan ini adalah agar terciptanya solusi-solusi yang menggunakan keunggulan dari Blockchain terutama dalam industri perbankan. Dengan adanya diskusi dan pemecahan masalah seperti ini menurut kami sangat efektif agar muncul solusi baru. Hal lainnya adalah solusi yang muncul dari tiap kelompok juga beragam. 

Dengan diadakannya training ini tentu besar harapannya para peserta mendapatkan ilmu baru dari Teknologi Blockchain, yang dapat menjadi solusi dari masalah saat ini serta meningkatkan mutu dari sebuah perusahaan. 

Posted on

LedgerNow mengucapkan selamat kepada aplikasi Nelayan Pintar yang berhasil menjadi pemenang ketiga dalam kompetisi BRI Hacktown Digital Challenge 2019 yang diadakan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI)  Acara ini digelar dengan tujuan menciptakan solusi dan inovasi terbaru guna membangun ekosistem bidang digital di Indonesia. Tantangan yang diberikan oleh BRI Hacktown Digital Challenge mencakup permasalahan bisnis yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat terutama dibidang keuangan.

Aplikasi Nelayan Pintar menggunakan platform LedgerNow untuk mendata produktivitas nelayan yang akan dihubungkan dengan layanan milik Bank BRI. LedgerNow menggunakan teknologi blockchain yang dapat mempermudah para nelayan terutama dalam transaksi keuangan. Para nelayan dapat menabung dan melakukan pinjaman dengan sangat mudah. Tidak hanya itu, LedgerNow juga menjamin semua transaksi dilakukan secara transparan, aman dan terlindungi sehingga tidak dapat dimanipulasi. 

LedgerNow membuka peluang bagi semua pelaku bisnis untuk berkolaborasi menjadikan semua transaksi bisnis lebih mudah, aman dan terpercaya. Sehingga, tidak perlu khawatir lagi adanya kecurangan dan manipulasi pada setiap transaksi. Jadi tunggu apalagi, mari berkolaborasi dan jadikan transaksi bisnismu lebih mudah dan aman bersama LedgerNow. Info selengkapnya https://wp.n-tco.com/nly-new/ 

 

Posted on

Day 31: Eat Simple Food

Makanlah Makanan dalam Bentuk yang Utuh

‘Detoks’ makan hasil olahan yang berlebihan

Jika Anda membaca tentang gizi, Anda mungkin pernah mendengar nasehat untuk makan lebih segar daripada makanan olahan. Namun perlu diketahui bahwa mengubah makanan dari keadaan alami, yang sebenarnya sudah dianggap’ diproses.

yang jadi masalah adalah makan yang diproses dengan sangat kompleks, seperti makanan ringan dan makanan yang tinggi di gula tambahan, lemak noda dan lemak tidak sehat, karena mengkonsumsi terlalu banyak dari mereka dapat menyebabkan masalah kesehatan. Apalagi makanan “ultra-olahan”, mereka adalah formulasi garam, gula, minyak dan lemak, serta rasa, warna dan warna tambahan, bumbu dan aditif lainnya.

Cara mengurangi konsumsi makanan olahan:
1. Mulai perlahan.
2. Makan makanan yang lebihs segar.
3. Air yang lebih banyak, kurangi gula
4. Hentikan konsumsi garam
6. Hindari makanan olahan terutama daging.
7. Rencana makananmu.
8. Gunakan alternatif makanan ringan yang tidak diolah.
9. Buatlah versi Anda sendiri dari makanan olahan secara tradisional.
10. Buatlah versi yang lebih baik dari makanan beku.
11. Jangan tertipu dari versi beku yang lebih beku.

Ini adalah kampanye terakhir dari PureHeart untuk Smart Foodie, Food Karma.
Enjoy your life ahead.

Eat Simple Food

‘Detox’ from overly processed foods

If nutrition headlines catch your attention, you’ve probably heard the advice to eat more fresh, whole foods and consume fewer processed foods.
It is important that people understand, anytime you alter the food from its natural state, that is actually considered ‘processed,’

It’s the more heavily processed foods, snacks and meals high in added sugars, sodium and unhealthy fats that are the “problem” processed foods, as consuming too many of them can lead to health problems. Also known as “ultra-processed” foods, they are formulations of salt, sugar, oils and fats, as well as flavors, colors and other additives.

How to cut back on highly processed foods:
1. Start slowly.
2. Supplement your meals with fresh foods.
3. Fewer sugar-sweetened beverages, more water.
4. Stop adding salt to foods.
6. Limit or avoid processed meats.
7. Plan ahead.
8. Use substitutes for highly processed snacks and foods.
9. Make your own versions of traditionally processed foods.
10. Make healthier versions of frozen meals.
11. Don’t be fooled by the advertising.

This is the last campaign of PureHeart for Smart Foodie, Food Karma.
Enjoy your life ahead.

More information:
Smart Foodie, Food Karma: https://pureheart.ledgernow.com/smart-foodie-food-karma/
Sustainable Giving: https://pureheart.ledgernow.com/sustainable-giving/

Posted on

Day 30: Order Only What You Want to Eat

Pesanlah Apa yang Ingin Anda Makan

Anda dapat menurunkan berat badan sambil menikmati makanan yang Anda sukai jika Anda makan dengan penuh kesadaran. Itulah inti dari filosofi Eat What You Love, Love What You Eat.

Ini sebagian tentang makan emosional. Pada rencana ini, Anda bertanya pada diri sendiri – sebelum gigitan pertama – apakah Anda benar-benar lapar atau merasakan sesuatu yang lain, seperti kemarahan, kesepian, atau kebosanan.

Ketika Anda memutuskan bahwa Anda cukup lapar untuk makan, hentikan yang lainnya dan berkonsentrasi pada rasa, tekstur, dan warna sehingga Anda akan tahu kapan Anda mulai merasa kenyang.

PureHeart: Makan Apa yang Anda Cintai, Cintai Apa yang Anda Makan

Order Only What You Want to Eat

You can lose weight while enjoying the foods that you love if you eat mindfully. That’s the heart of the Eat What You Love, Love What You Eat philosophy.

It’s partly about emotional eating. On this plan, you ask yourself — before the first bite — if you’re really hungry or are feeling something else, like anger, loneliness, or boredom.

When you decide that you’re hungry enough to eat, stop everything else and concentrate on the flavors, textures, and colors so you’ll know when you start to feel full.

PureHeart: Eat What You Love, Love What You Eat

More information:
Smart Foodie, Food Karma: https://pureheart.ledgernow.com/smart-foodie-food-karma/
Sustainable Giving: https://pureheart.ledgernow.com/sustainable-giving/

Posted on

Day 29: Reuse and Collect Glassware Bottles

Gunakan dan Kumpulkan Botol Kaca

Mengapa botol kaca Coke lebih baik?
Menurut Sara Risch, ahli biokimia sekaligus pendiri Science by Design, perbedaan rasa itu disebabkan reaksi cairan dengan polimer yang menjadi bahan penyusun kemasan, baik botol maupun kaleng.

Polimer merupakan molekul di dalam material kemasan. Dalam kemasan kaleng aluminium, polimer pada lapisan kemasan menyerap sebagian rasa minuman. Sehingga kenikmatan rasanya agak berkurang.

Botol-botol soda kaca bisa lebih buruk bagi lingkungan daripada plastik, karena penggerak anti-plastik telah melihat lebih banyak botol kaca terjual.
Namun terlepas dari pandangan umum ini, kaca mungkin tidak lebih merusak lingkungan daripada plastik, karena jauh lebih berat, dan karenanya memiliki jejak karbon yang jauh lebih besar. Karbon dioksida adalah salah satu gas yang ditemukan para ilmuwan di balik pemanasan global.

Sementara itu supermarket besar telah meluncurkan skema penyimpanan botol di mana konsumen dapat menebus uang atau voucher dalam toko dengan imbalan botol plastik kosong mereka. Ketakutan meningkat di botol-botol plastik yang berakhir di laut dan sungai karena konsumen sering memasukkannya ke tempat sampah alih-alih mendaur ulangnya.

Sirup, madu atau aneka minuman berbahan alami biasanya dikemas dalam botol-botol kaca. Botol kaca memang menjadi pilihan pengemasan yang baik karena kedap udara sehingga bahan-bahan minuman tidak terkontaminasi udara bebas dan bakteri yang dapat merusaknya. Namun, karena bentuknya yang cukup besar dan bahannya yang berisiko pecah, botol kaca bekas hanya dibiarkan bertumpuk begitu saja.

Daripada terbuang sia-sia, manfaatkan yuk botol-botol kaca bekas di rumah menjadi dekorasi yang cantik.

Reuse and Collect Glassware Bottle

Why is glass bottle Coke better?
Conversely, acetaldehyde in plastic bottles might migrate into the soda. The FDA regulates this kind of potential chemical contact, but even minute, allowable amounts could alter flavor. Your best bet for getting Coke’s pure, unaltered taste is to drink it from a glass bottle, the most inert material it’s served in.

Glass soda bottles could be worse for the environment than plastic, the world’s biggest drinks manufacturer has warned, as the UK’s anti-plastic drive has seen more glass bottles sold.
But despite this common view, a spokesman for Coca Cola warned that glass may not be less damaging to the environment than plastic, as it is much heavier, and therefore has a much larger carbon footprint. Carbon dioxide is one of the gasses which scientists have found to be behind global warming.

Meanwhile major supermarkets have launched bottle deposit schemes where consumers can redeem money or in-store vouchers in return for their empty plastic bottles.

Fears have been mounting over plastic bottles ending up in oceans and rivers as consumers were frequently putting them in the bin instead of recycling them.

More information:
Smart Foodie, Food Karma: https://pureheart.ledgernow.com/smart-foodie-food-karma/
Sustainable Giving: https://pureheart.ledgernow.com/sustainable-giving/

Posted on

Day 28: No Ice

No Ice

Stop Es

Berapa biaya untuk membuat es?

Saya selalu berpikir tentang membuat es. Berapa energi yang dibutuhkan untuk membuat es? Itu bukan pertanyaan yang mudah. Masalahnya adalah bahwa dari air cair menjadi es padat, Anda MENURUNKAN energi total dalam sistem. Tetapi lihatlah pertanyaan sebaliknya. Berapa banyak energi yang diperlukan untuk melelehkan es? Itu pertanyaan yang jauh lebih mudah. Mengambil es padat ke air cair (pada suhu yang sama) mengharuskan Anda meningkatkan energi sistem. Sebenarnya, inilah tepatnya yang saya hitung dalam perkiraan saya tentang jumlah es yang Anda butuhkan untuk mendinginkan minuman Anda.

Jadi, bagaimana Anda bisa memperkirakan energi yang dibutuhkan untuk membuat es? Jawabannya: lihat mesin pembuat es. Jika saya menemukan beberapa pembuat es online, saya dapat melihat tingkat produksi es serta konsumsi daya mereka. Dari ini, saya dapat memperkirakan biaya (energi dan uang) untuk membuat es.

Untuk membuat 1 kilogram es, Anda harus mengeluarkan biaya Rp3.000 untuk listrik. Sepertinya lebih rendah dari yang saya duga, tapi saya akan nilai itu. Oh, izinkan saya menunjukkan bahwa saya mengabaikan 88 Watt hanya untuk menghidupkan mesin. Itu mungkin faktor yang cukup kecil untuk diabaikan.

Mari kita lihat biaya produksi es dari restoran masakan padang dengan pelanggan terbanyak se-Indonesia yaitu 30 juta. Jika separuhnya saja mengkonsumsi minuman dengan es batu maka dibutuhkan setidaknya Rp 9 Miliar hanya untuk memproduksi es batu saja, belum termasuk penyimpanan dan distribusi.

Apaka kita bagian dari komunitas boros energi?

No Ice

How Much Does It Cost to Make Ice?

Ive always thought about making ice. What is the energy required to make ice? It’s not such an easy question. The problem is that going from liquid water to solid ice, you DECREASE the total energy in the system. But look at the reverse question. How much energy does it take to melt ice? That’s a much easier question. Taking solid ice to liquid water (at the same temperature) requires that you increase the energy of the system. Actually, this is exactly what I calculated in my estimation of the amount of ice you need to cool down your beer (or other preferred beverage).

So, how could you estimate the energy needed to make ice? The answer: look at ice-making machines. If I find some ice makers online, I can look up both the rate that they produce ice as well as their power consumption. From this, I can get a real-world estimate for the cost (both energy and money) to make ice.

To make 1 kilogram of ice, you would need to spend Rp 3,000 for the electricity. That seems a bit lower than I would have guessed, but I’m going with that value. Oh, just let me point out that I ignored the 88 Watts to just have the machine on. That’s probably a small enough factor to ignore.

Let’s look at the production costs of most Padang cuisine restaurants with customers in Indonesia, which is 30 million. If only half of them buy drinks with ice cubes, IDR 9 billion is only needed to produce ice cubes, not including storage and distribution.

Are we part of a wasteful energy community?

More information:
Smart Foodie, Food Karma: https://pureheart.ledgernow.com/smart-foodie-food-karma/
Sustainable Giving: https://pureheart.ledgernow.com/sustainable-giving/

Posted on

Day 27: Less Hot, Less Cold

Kurangi Panas, Kurangi Dingin

Jika air panas atau dingin diproduksi oleh sistem tenaga surya, itu ramah lingkungan.

Jika tidak, maka hampir pasti gas alam atau listrik telah digunakan untuk memanaskan air. Jika Anda memiliki pemanas air gas, maka karbon dioksida dilepaskan ketika gas terbakar. Jika Anda memiliki sistem air panas listrik, maka energi dapat dihasilkan dengan membakar batu bara (yang juga secara langsung melepaskan gas rumah kaca ke atmosfer) atau gas alam. Jika Anda memiliki pemanas air listrik dan panel surya fotovoltaik yang menghasilkan listrik Anda, maka itu lebih rumit: jika Anda tidak menggunakan daya untuk memanaskan air, apakah akan dimasukkan kembali ke dalam jaringan? Jika demikian, memanaskan air Anda meningkatkan permintaan energi keseluruhan sistem, yang dapat berarti bahwa lebih banyak batubara atau gas dibakar di tempat lain untuk mengimbangi perbedaannya.

Jadi minumlah air hangat, dan minum panas dan dingin hanya untuk tujuan tertentu.

Less Hot, Less Cold

If the hot or cold water is produced by a solar power system, it is environmental friendly.

If not, then almost certainly either natural gas or electricity has been used to heat the water. If you have a gas water heater, then carbon dioxide is released when the gas is burned. If you have an electric hot water system, then the energy may be produced by burning coal (which also directly releases greenhouse gases into the atmosphere) or natural gas. If you have an electrical water heater and solar photovoltaic panels producing your electricity, then it is more complicated: if you didn’t use the power to heat the water, would ot be fed back into the grid? If so, heating your water increases the overall energy demand of the system, which may mean that more coal or gas is burned somewhere else to make up the difference.

So drink warm water, and drink hot and cold only for specific purpose.

More information:
Smart Foodie, Food Karma: https://pureheart.ledgernow.com/smart-foodie-food-karma/
Sustainable Giving: https://pureheart.ledgernow.com/sustainable-giving/

Posted on

Day 26: Eat Raw Fruit, Less Juice

Makanlah Buah, Kurangi Jus

Tolong, Tolong Berhenti Membuat Jus Sayuran Anda.

Membuat jus sayuran telah menjadi kegemaran nutrisi habis-habisan, mengklaim sebagai “detoksifikasi,” “membersihkan,” atau memulihkan tubuh dan organ pencernaan Anda sambil berpura-pura memberi Anda semua manfaat yang sama dari seluruh rekan makanan mereka di tempat minum yang dapat diminum. pergi paket. Kedengarannya terlalu bagus untuk menjadi kenyataan? Ini! Baik itu diperas, diperas dingin, dibuat dari konsentrat, atau jus 100%, jus semuanya terurai menjadi hal yang sama: gula.

Membuat jus sayuran Anda tidak sama dengan mengunyahnya. Anda kehilangan nutrisi dalam bentuk jus dan merasa lapar setelahnya. Belum lagi semua menjalankan jus bar dapat menambah dan menguras Anda uang tunai yang serius. Jadi semua itu benar-benar hanya menyebabkan lebih sedikit uang dan lebih banyak kerugian daripada yang baik untuk tujuan kesehatan Anda.

Tubuh Anda dirancang untuk secara alami membuang racun dan kelebihan yang tidak dibutuhkan atau digunakan sendiri. Jika Anda memiliki usus, hati, dan ginjal yang berfungsi, Anda selalu melakukan detoksifikasi, setiap menit setiap hari.
Ditambah lagi tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa minum jus, alih-alih mengunyah, akan membantu organ Anda melakukan pekerjaan mereka dengan lebih baik. Faktanya, tubuh kita dirancang untuk mengunyah (menatapmu, gigi). Kita merasa lebih kenyang dan lebih puas dari mengunyah daripada minum.

Buah-buahan dan sayuran yang digunakan dalam jus Anda tidak lagi memiliki manfaat kesehatan yang sama dengan yang Anda dapatkan dari mengunyahnya. Terutama karena jus menghancurkan serat: Itulah hal yang membuat Anda kenyang, membuat Anda kenyang, meningkatkan kesehatan usus, membantu mengatur gula darah, melawan penyakit kronis (seperti kanker dan diabetes), dan membantu Anda mempertahankan berat badan yang sehat. Ya, itu … semua hilang! Juga, beberapa vitamin dan mineral juga hancur. Jadi Anda sebenarnya hanya tersisa dengan gula.

Eat Raw Fruit, Less Juice

Please, Please Stop Juicing Your Vegetables.

Juicing vegetables has become an all-out nutrition craze, claiming to “detox,” “cleanse,” or restore your body and digestive organs while pretending to give you all the same benefits of their whole food counterparts in a drinkable, on-the-go package. Sound too good to be true? It is! Whether it’s fresh squeezed, cold pressed, made from concentrate, or 100% juice, juice all breaks down to same thing: sugar.

Juicing your veggies is not the same thing as chewing them. You lose nutrients in the juice form and are left feeling hungrier afterward. Not to mention all those juice bar runs can add up and drain you of some serious cash. So all that juicing really just leads to less money and more harm than good for your health goals.

Your body is designed to naturally rid itself of toxins and excess stuff it does not need or use all on its own. If you have a functioning gut, liver, and kidneys, you are always detoxing, every minute of every day.
Plus there is no research to show that drinking juice, instead of chewing, will help your organs do their jobs better. In fact, our bodies were designed to chew (looking at you, teeth). We feel more full and more satisfied from chewing than from drinking.

The fruits and veggies used in your juice no longer have the same health benefits you get from chewing them. Mainly because juicing destroys the fiber: That’s the stuff that fills you up, keeps you full, promotes gut health, helps regulate blood sugar, fights chronic illnesses (like cancer and diabetes), and helps you maintain a healthy weight. Yeah, that stuff…all gone! Also, some of the vitamins and minerals get destroyed too. So you are actually just left with the sugar.

More information:
Smart Foodie, Food Karma: https://pureheart.ledgernow.com/smart-foodie-food-karma/
Sustainable Giving: https://pureheart.ledgernow.com/sustainable-giving/

Posted on

Day 25: Eat Only Fresh Condiment

Makanlah Bumbu-bumbuan Segar

Definisi bumbu adalah “sesuatu yang digunakan untuk meningkatkan rasa makanan.” Bumbu meliputi segala sesuatu mulai dari cuka hingga berbagai bumbu, rempah-rempah dan penyedap. Bahkan, kata bumbu berasal dari kata Latin condimentum (atau condire), yang berarti “membumbui.”

Apa bumbu yang paling umum, termasuk yang dianggap “sehat” dan yang tidak? Bukan jawaban yang mudah terutama bumbu hasil industri. Kita telah menyaksikan berita tentang bagaimana saus tomat dibuat tanpa tomate sama sekali atau hanya mengandung sebagian kecil saja.

PureHeart merekomendasikan untuk makan semua bumbu segar yang dapat dengan mudah diperoleh di mana saja di Indonesia. Segar berarti sehat dan tanpa bahan pengawet. Makan bumbu segar juga mengurangi kemasan platic yang berarti melestarikan lingkungan.

Eat Only Fresh Condiment

The definition of a condiment is “something used to enhance the flavor of food.” Condiments include everything from vinegars to various herbs, spices and seasonings. In fact, the word condiment comes from the Latin word condimentum (or condire), which means “to season.”

What are the most common condiments, including both those that are considered “healthy” and those that aren’t? Not an easy answer especially industrial condiments. We have watched the news about how tomato sauces is made without any tomates at all or just contain a very small portion of it.

PureHeart recommends to eat all the fresh condiments that easily obtained anywhere here in Indonesia. Fresh means healthy and without ady preservatives. Eating fresh condiments also reduce platic packaging that means preserve the environment.

More information:
Smart Foodie, Food Karma: https://pureheart.ledgernow.com/smart-foodie-food-karma/
Sustainable Giving: https://pureheart.ledgernow.com/sustainable-giving/